
Studi Pendidikan Agama Islam (Prodi PAI) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Universitas Abdul Chalim (UAC), Mojokerto, Jawa Timur pada Kamis (24/4/2025).
Pengisian materi kali ini mengambil tema ‘Moderasi Beragama melalui Aswaja’ untuk pemateri dari Universitas Abdul Chalim yaitu Bapak Yusuf Suharto, M.Pd.I dan Tema ‘Tantangan dan Peluang Pendidikan Agama Islam di Era Disrupsi’ untuk pemateri dari UIN Walisongo Semarang yaitu Prof. Dr. Fatah Syukur, M.Ag.
Dalam penyampaian materi pertama mengenai Moderasi Bergama Bapak Yusuf Suharto, M.Pd.I menyebutkan bahwa moderasi adalah seimbang dannetral yang tidak memihak antara kanan atau kiri dan yang tidak berlebihan dalam mengekspresikan agama.
“Moderasi beragama yakni tidak ekstrem kanan atau kiri, yang tidak berlebihan dalam mengekspresikan beragama,” ucapnya.
Pemateri menjelaskan apabila menemui seseorang yang dirasa berlebihan dalam mengekspresikan agama maka dianjurkan untuk membalas dengan Sunnah Nabi dan Sahabat.
“Misuh itu boleh, dalam Al Qur’an disebutkan jangan kau tinggikan ucapan, tapi dalam membalas kedzaliman dibolehkan, namun tetap harus dengan mengikuti Sunnah nabi dan para sahabat, yang mana Rasulullah bersabda, sebaik2 abad adalah abadku, kemudian abad ke dua (tabi’in), dan ketiga abad tabiut tabi’in, karena menjumpai ajaran Islam yg otentik (asli) dari Nabi Muhammad Saw, ” tambahnya.
Beliau pun menyimpulkan yang dimaksud dengan sabda tersebut dalam kalimat penutupnya,
“Hal tersebut menegaskan bahwa sebagai umat yang baik dan memiliki jiwa moderasi, maka nilai lama harus tetap dijaga dengan baik dan mengambil nilai baru yg lebih relevan,” ujarnya
Kemudian materi kedua dengan tema “Tantangan dan Peluang Pendidikan Agama Islam di Era Disrupsi” dengan pemateri Bapak prof. Fatah syukur M.Ag menjelaskan bahwasanya semakin berkembang zaman maka semakin maju pula perubahannya.
“Semakin berkembangnya zaman maka semakin banyak pula kemajuan yang terjadi. Seperti hal nya yang dicontohkan adalah dalam hal les privat yang dulu nya memiliki kantor atau tempat kursus tersendiri di zaman sekarang les privat bisa di ikuti melalui aplikasi ruang guru tanpa harus mendatangi tempat kursus, “ kata beliau.

Beliau pun menjelaskan bahwasanya Semakin majunya perkembangan teknologi, pendidikan banyak yang menerapkan sistem blanded, sistem yang memadukan antara online dan offline serta pendidikan dengan bentuk pedagogik akan sulit ditemui di masa yang akan datang
“Bisa jadi apa yang dipelajari dalam kampus terutama dalam bentuk pedagogik itu tidak dijumpai lagi nanti, karena kita akan mengalami perkembangan lain yang lebih modern di masa depan,” ujarnya.
Mengenai hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam memiliki tantangan dan peluang di era disrupsi digital, untuk menghadapi tantangan yang ada mahasiswa diharapkan bisa lebih selektif terhadap informasi keagamaan yang tersebar di tengah masyarakat.
Penulis : Aisyah Rosy Khumairo dan Shofa (Kominfo HMJ PAI UIN Walisongo Semarang)